Darurat ketenagakerjaan sedang menghampiri Indonesia. Lima tahun terakhir jumlah pengangguran mengalami penurunan yang mengagumkan, tapi kita akan
menemukan kekhawatiran jika membaca data ini lebih jauh dan memadukannya dengan kondisi saat ini. Sorotan utama pantas kita berikan pada lulusan perguruan
tinggi yang terdidik dan terlatih namun terancam menjadi pengangguran. Bonus demografi berupa banyaknya usia produktif yang dimiliki Indonesia saat ini
akan siap menghadirkan serentetan permasalahan stabilitas apabila tidak diarahkan dengan tepat. Menyiapkan tenaga kerja Indonesia untuk memenangkan pasar
bebas ASEAN adalah hal mendesak yang harus segera dilakukan oleh semua pihak, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah sendiri agar kesejahteraan umum
benar-benar terwujud.
Teknologi Informasi dan komunikasi yang mampu menjangkau daerah luas dalam waktu sekejap dirasa mampu memberi solusi untuk mengoptimalkan bonus demografi. Tingkat
keaktifan masyarakat Indonesia dalam berinternet merupakan modal besar menjadikan dunia maya sebagai medium transfer ilmu antara praktisi dan pemula.
Fitur-fitur internet, bahkan yang gratis seperti facebook, twitter, dan youtube telah terbukti membantu meningkatkan kualitas hidup banyak orang, apalagi
sekolah online yang berbayar. Hal besar bisa sangat mungkin terjadi jika pemerintah mau campur tangan secara aktif dan serius, misalnya menggenjot
investasi untuk pemerataan akses dan peningkatan kualitas internet.
Masyarakat Eknomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community akan menjadikan Asia Tenggara sebagai pasar tunggal yang memiliki basis produksi dan mempunyai lima elemen utama. Kelima elemen tersebut adalah (1) Aliran bebas barang, (2) Aliran bebas jasa, (3) Aliran bebas investasi, (4) Aliran modal yang lebih bebas, serta (5) Aliran bebas tenaga kerja terampil. Aliran bebas ini tidak hanya memberi kebebasan tarif, tetapi juga non tarif.
Apabila meyandingkan data tenaga kerja dan sumber daya manusia maka kita akan menemukan kekhawatiran serius meski penurunan angka pengangguran terus terjadi. Menurut data UNDP, indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia pada tahun 2012 berada di peringkat 121, masih tertinggal dengan Filipina (114) dan Thailand (103), serta kalah jauh dari Malaysia (64), Brunei Darussalam (30), apalagi Singapura (18). Data terbaru yang dirilis PISA mengenai pendidikan juga membuat kita makin miris, peringkat Indonesia dalam hal pendidikan sains dan matematika adalah 64 dari 65 negara yang di survei PISA. Mau tidak mau, kondisi SDM seperti ini akan menjadi modal kita untuk berjuang memenangkan pasar terbuka ASEAN.
Kita harus mengakui bahwa pasar bebas memang sudah memberi dampak positif. Misalnya, sekarang rakyat kecil bisa menikmati murahnya hp china, para mahasiswa mampu membeli laptop yang murah buatan china untuk belajar dan mengerjakan tugas, dan ibu-ibu rumah tangga bisa membeli bawang putih yang murah dari China. Itu semua karena praktek pasar bebas yang tertuang dalam perjanjian ACFTA (ASEAN China Free Trade Area). Berbeda dengan ACFTA, Perjanjian MEA mempunyai fitur aliran bebas tenaga kerja terampil. Ini artinya, MEA bisa saja memindahkan jatah pekerjaan dari warga negara Indonesia ke warga negara asing yang lebih terampil.
Alih-alih pesimis menghadapi MEA, kita harus optimis memenangkannya. Kita tidak butuh penyesalan akan kondisi kita saat ini, yang kita butuhkan adalah keajaiban yang dipersiapkan dengan matang. Keajaiban seperti ini pernah tercatat beberapa kali dalam sejarah, misalnya kemenangan produsen mobil Jepang dalam merebut konsumen global, mengalahkan Amerika.
Ada satu terobosan yang mendesak untuk kita lakukan dalam rangka menghadapi pasar bebas. Terobosan tersebut yakni menciptakan E-learning yang mendidik siswa, tenaga kerja, dan pencipta lapangan kerja (termasuk UMKM) agar mampu bersaing secara global. Gagasan E-learning ini pernah disampaikan Wakil Presiden Boediono dalam konteks pendidikan tinggi. Dalam tulisan ini, penulis akan membahas bagamana proses E-learning berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang telah penulis alami lalu mengusulkan sebuah sistem yang murah dan efektif untuk pemerintah.
E-learning untuk pendidikan yang lebih mudah, murah, dan berkualitas
Ada satu masalah klasik yang belum sepenuhnya terpecahkan di negeri ini. Masalah tersebut adalah pemerataan pendidikan. Negeri ini punya 3500an perguruan
tinggi, tapi menurut Hendra Gunawan, guru besar FMIPA ITB, tak lebih dari 100 yang bermutu (Kompas, 08 Maret 2014). Kondisi tersebut jelas menyebabkan
hanya sedikit lulusan kita yang mempunyai skill mumpuni. Hal ini menyebabkan tidak semua daerah di Indonesia memperoleh sumber daya yang
berkualitas lantaran sedikitnya jumlah mereka. Akibat berikutnya dari kejadian tersebut adalah ketimpangan pembangunan dan kesejahteraan di berbagai
daerah. Pemerintah memang sudah mengurangi ketimpangan ini dengan melaksanakan otonomi daerah atau transfer daerah melalui perimbangan keuangan. Tetapi,
efek multipliernya akan jauh lebih besar jika kita juga bisa menyediakan SDM berkualitas untuk semua daerah. E-learning akan menjadi jawaban yang
mudah dan murah atas persoalan ini.
E-learning atau belajar dengan medium internet bisa menjadi alternatif untuk percepatan pembangunan SDM di Indonesia. Kemampuannya untuk menjangkau daerah luas dalam waktu singkat serta biaya penyampaian informasi yang murah menjadi keunggulan tersendiri medium ini. Fakta bahwa pengguna internet bisa mengakses konten yang dibutuhkannya kapan saja sesuai keinginannya makin membuat dunia maya ini mengalahkan TV dan Radio. Laporan menarik mengenai pengguna internet di Indonesia disampaikan oleh Tech in Asia pada bulan Oktober 2013. Laporan tersebut menyebutkan bahwa 74,6 juta masyarakat Indonesia adalah pengguna internet dan 31,7 juta dari jumlah tersebut menggunakannya lebih dari 3 jam perhari. Total pengguna internet Indonesia akan mencapai 100 juta pada tahun 2015. Angka-angka ini menunjukkan bahwa internet bisa kita jadikan peluang untuk mendidik bangsa.
E-learning dalam konteks perguruan tinggi digambarkan dengan baik oleh Wakil Presiden Boediono di harian Kompas (03 Oktober 2013). Beliau mengatakan bahwa sistem E-learning skala nasional perlu dibangun. Sistem ini bisa membuat mahasiswa diseluruh penjuru tanah air mengakses paket pengajaran lengkap yang merupakan rangkaian kuliah satu semester, yang dibawakan oleh dosen atau infrastruktur terbaik di tanah air. Bayangkan jika gagasan tersebut dibuat, kita yang tidak diterima di perguruan tingggi favorit tetap bisa memperoleh pengajaran dari para dosennya, betapa hebat dan cepat penyebaran ilmu di negeri ini. Impian kita semua, sebagaimana dituturkan Pak Wapres akan benar-benar terwujud. Impian itu adalah suatu saat nanti setiap anak Indonesia dimanapun ia tinggal dan apapun latar belakang sosial ekonominya akan menikmati pendidikan bermutu sehingga bisa memaksimalkan potensinya untuk NKRI.
E-learning Untuk Pendidikan Formal
Praktek E-learning sudah dilakukan diberbagai tempat, baik di luar negeri maupun di Indonesia. Contoh E-learning yang bersifat formal
adalah Edx.org yang menyediakan kuliah online gratis dari beberapa universitas top dunia seperti Harvard, MIT, dan Berkeley. Contoh di Indonesia adalah E-learning di Binus University.
Kita semua juga bisa menyediakan E-learning, tidak perlu menunggu menjadi institusi besar seperti EDX atau Binus. Kita bisa melakukan apa yang
kita bisa dan membagikan pengetahuan yang kita miliki. Proses E-learning sederhana pernah penulis dan beberapa teman satu kampus lakukan dalam hal
membantu lulusan SMA untuk belajar mempersiapkan tes di STAN. Hal ini tidak hanya kami lakukan, banyak pihak lain yang juga melakukannya. Ini artinya E-learning seperti ini cukup kompetitif sehingga memicu para penyedia untuk berlomba menghadirkan fitur terbaik.
E-learning yang kami geluti diakui bermanfaat karena memberikan akses kepada mereka yang kesusahan akses secara offline, misalnya di daerahnya tidak ada tempat bimbingan belajar USM STAN atau dia tidak punya kenalan mahasiswa STAN. Selain itu, karena biaya persiapannya sangat murah (tidak perlu sewa tempat, transportasi, dll) sistem seperti ini juga bisa menekan biaya sehingga sangat membantu mereka yang dari daerah dan belum bisa mengikuti bimbel offline yang memang mahal.
E-learning yang kami lakukan hanya bermodal facebook group (gratis) dan blog dengan hosting gratis di blogger sehingga sangat bisa menghemat biaya. Setelah berjalan lancar, sebagian besar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta sudah dijawab langsung oleh peserta lain. Oleh karena itu kami cukup memantau dan melengkapi saja. Hal seperti ini juga banyak dilakukan oleh mahasiswa atau alumni perguruan tinggi lain di tanah air. Semakin banyak E-learning seperti ini, semakin besar pula kesempatan putra-putri bangsa ini dari kondisi ekonomi menengah ke bawah mendapat akses masuk perguruan tinggi terkemuka di tanah air dan tentunya bisa bersaing secara global.
Mari kita kembali ke gagasan Bapak Wakil Presiden tadi. Beliau menuturkan bahwa E-learning tersebut berisi paket kuliah satu semester yang dibawakan oleh infrastruktur atau dosen terbaik di tanah air. Sadarkah kita, bahwa kita bisa menciptakan ini dengan sangat cepat dan murah. Kita tidak perlu menunggu membuat website baru dengan biaya server, maintenance, dan keamanan yang tinggi seperti EDX.org. Pemerintah bisa melakukannya dengan mebuat E-learning di facebook group. Apabila ada restriksi akses di beberapa fitur dan dikelola dengan benar maka facebook group bisa menjadi E-learning yang didambakan oleh Pak Boediono.
Berikut adalah beberapa kelebihan kenapa pemerintah sebaiknya membuat E-learning di facebook group daripada membangun server sendiri dengan biaya mahal.
- Facebook gratis dan selamanya akan gratis
- Pemerintah tidak perlu membeli server, hosting, dan sejenisnya karena semua itu sudah disediakan oleh facebook. Kapasitas server facebook telah teruji di seluruh dunia. Hal ini memastikan server tidak akan down meskipun ada lonjakan akses saat mendekati ujian.
- Pemerintah tidak perlu menyewa ahli security dengan alasan keamanan sebagaimana website biasa karena facebook sudah memiliki sistem keamanan yang canggih.
- Fitur Facebook grup sangat mudah dipelajari
- Kiriman (update posting) di facebook group bisa muncul di timeline anggota apabila ada temannya yang berkomentar atau menyukai kiriman tersebut. Fitur ini membuat kemungkinan belajar dan membaca yang lebih tinggi.
- Sebagian operator seluler menggratiskan biaya akses ke facebook
- File video, gambar, dokumen, dan lainnya bisa diunggah ke sini
- Survey Tech in Asia di tahun 2013 menunjukkan bahwa lebih dari 90% pengguna internet Indonesia yang berusia 15-30 tahun adalah pengguna facebook
Design E-learning yang cocok untuk ide pak wakil presiden adalah sebagai berikut:
Peraturan
- Semua post atau update di grup tersebut harus melalui otorisasi pengurus
- Pihak yang bisa membuat post adalah dosen terpilih dan pengurus, sementara dosen lain dan para mahasiswa bisa berkomentar di post tersebut
- Grup tersebut benar-benar untuk belajar, jadi harus ada sangsi bagi mereka yang berjualan atau melakukan spam
Content /isi
- Terdapat daftar isi yang memungkinkan peserta didik untuk bernavigasi dengan cepat. Grup ini akan menjadi seperti buku tetapi berbentuk multimedia yang bisa didapatkan dengan gratis
- Isi grup tadi adalah paket pengajaran lengkap yang disampaikan dalam bentuk video, deskripsi, dan dokumen (bentuknya banyak agar peserta punya banyak pilihan).
- Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta akan di kompille menjadi semacam FAQ sehingga bisa digunakan untuk periode berikutnya dan mencegah pengulangan pertanyaan yang sama (FAQ bisa berbentuk video, deskripsi, atau dokumen)
- Satu grup hanya berisi satu mata kuliah selama satu semester
SDM yang dibutuhkan untuk setiap grup:
- Dosen terbaik yang menyampaiakn materi
- Dosen-dosen pembantu yang menjalankan fungsi sebagai backup dan control
- Operator yang merekam dosen dan juga mengconvertnya kedalam bentuk dokumen atau deskripsi
- Asisten dosen yang membantu dosen menjawab pertanyaan sehingga dosen hanya menjawab pertanyaan yang rumit
- Pengurus grup yang akan mengelompokkan pertanyaaan para mahasiswa untuk diserahkan ke asisten dosen kemudian dijadikan FAQ.
- Pengurus grup yang memastikan semua peraturan grup ditegakkan dan tidak ada spam.
Itu tadi desain E-learning untuk perguruan tinggi yang cocok dengan ide Pak Wapres Boediono. E-learning ini lebih bersifat memberikan tambahan wawasan kepada para mahasiswa, bukan menggantikan peran suatu kampus. Sementara proses penilaian, praktek, eksperimen, personal approach, dan pengembangan potensi masing-masing mahasiswa tetap dilakukan di kampus masing-masing.
Kelemahan E-learning facebook dan cara mengatasinya adalah sebagai berikut:
1. Selalu ada iklan yang muncul di facebook. Menurut penulis yang setiap hari membuka facebook, hal ini bukan suatu masalah karena kita sudah
terbiasa sejak dulu. Ditambah lagi karena iklan di facebook sebagian besar targeted (sesuai dengan interest orang yang melihat iklan)
sehingga iklan tadi tidak menyebalkan.
2. Biaya membuat grup facebook adalah gratis sehingga kemungkinan duplikasi sangat besar. Pemerintah harus mengatasi ini dengan cara memberi referensi kepada para mahasiswa mengenai grup mana yang merupakan grup resmi dari pemerintah. Referensi tersebut bisa berupa link (tautan) yang ditempatkan di website kementerian pendidikan, di buku diktat kuliah, atau melalui para dosen saat kuliah di kampus
3. Adanya spammer yang berjualan di komentar. Hal ini dikarenakan para spammer tertarik dengan jumlah mahasiswa yang tergabung di grup. Untuk mengatasi para spammer, dibutuhkan petugas khusus yang membanned siapa saja yang menaruh tautan spam di komentar.
4. Mahasiswa tidak tertarik dengan sistem e learning. Sebelum merasakan manfaatnya, para mahasiswa mungkin tidak tertarik dengan sistem ini. Pemerintah bisa mengatasi ini dengan cara mewajibkan semua mahasiswa di Indonesia untuk belajar melalui e learning
5. Facebook group tidak ditemukan di google dan mesin pencari lainnya. Hal ini dikarenakan system facebook yang menghadang mesin pencari untuk mengakses facebook group. Seiring berjalannya waktu, hal ini tidak akan menjadi masalah karena aka nada banyak website/blog yang mereview proyek pemerintah ini dan memberikan link menuju facebook group yang bersangkutan
Sistem e learning ini bisa juga merambah sampai ke kegiatan kemahasiswaan di luar perkuliahan. Misalnya ada satu grup khusus yang isinya membahas dan mempromosikan kegiatan para mahasiswa dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Acara-acara yang ada di grup tersebut tentu bisa menjadi inspirasi bagi seluruh mahasiswa di Indonesia untuk mengadakan acara serupa dan mempermudah para sponsor untuk memilih acara yang berkualitas untuk mereka danai.
E Learning Untuk Pendidikan Non Formal
E-learning
via facebook group juga banyak kita temui, misal anda yang fokus ke UMKM bisa ikut grupnya praktisi UMKM Dita Nadia secara gratis. Kelemahan dari E-learning di facebook adalah apabila kita tidak punya referensi bisa jadi kita masuk ke grup-grup yang mati atau sudah tidak diurus lagi.
Terlepas dari hal itu, E-learning seperti ini bisa menjadi tempat yang asyik untuk saling berbagi ilmu, menjual fitur premium, dan memperlebar
jaringan. Agar lebih canggih dan bermanfaat, sistem pembelajaran online sebaiknya tidak hanya melalui grup di facebook, tapi juga diperluas misalnya dengan
fitur seminar online (webinar) dan konsultasi tatap muka via online.
Bayangkan jika praktisi-praktisi kita mau berbagi secara online, mereka dapat saling bertukar cerita baik kepada praktisi lain maupun orang-orang yang baru masuk ke bidang tersebut. Bayangkan, betapa cepatnya pertukaran informasi dan pendidikan yang terjadi di negeri ini. Pendidikan seperti ini juga sangat menarik karena mempertemukan langsung antara praktisi dan muridnya. Sekali lagi, bayangkan jika petani ketela di Lampung dan Jawa bisa saling berbagi secara online, betapa cepat best practice itu dapat dirtiru untuk memajukan kesejahteraan bangsa.
Pada akhirnya nanti cara-cara mengefisienkan biaya dan memberi nilai tambah suatu produk akan mudah dicontoh. Kalau praktisi tidak mau membagikannya secara gratis, dia bisa membuatnya secara berbayar. Tetapi kalau praktisi terlalu kerepotan membuat sekolah onlinenya, kenapa tidak pemerintah saja yang memulainya. Pemerintah merekam dan mewawancarai orang-orang sukses di bidangnya beserta proses yang dilakukannya lalu menyebarkan ke seluruh penjuru negeri melalui internet.
Jika anda seorang praktisi, segeralah online sekarang dan kunjungi tempat berkumpulnya orang-orang yang tertarik dengan bidang anda. Lakukanlah self branding dengan membagikan teknik-teknik terbaik untuk survive, awalilah dengan yang gratis. Jika orang-orang mengakui bahwa teknik
tadi sangat bermanfaat maka anda bisa menjual fitur premium. Mulailah sekarang, semua pihak akan untung. Orang-orang akan mendapat ilmu baru dari anda dan
negara ini mempunyai pengusaha dan tenaga kerja yang lebih siap menghadapi globalisasi.
Sistem E-learning tidak hanya mencakup skala nasional. Kita bisa belajar membangun website dari praktisi Amerika tanpa perlu ke sana, belajar langsung dari dosen Harvard, dan hal menarik laiinnya. Semua itu bisa kita akukan hanya dengan satu medium murah bernama internet.
Mengingat jangkauan dan manfaatnya, E-learning adalah hal yang mendesak kita lakukan. Sementara pemerintah sedang mengupayakan gagasan Pak Wakil
Presiden Boediono, mari kita menciptakan E-learning di bidang kita masing-masing. Mari kita ikut serta membangun bangsa ini dengan kemampuan yang
kita miliki.
Daftar Bacaan
Penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan, tahun 2004-2013 (bps.go.id, diakses 28 Maret 2014)
Cetak Biru Komunitas Ekonomi Asean (Smecda.com, diakses 6 September 2014)
2013 Human Development Report (hdr.undp.org, diakses 28 Maret 2014)
Indonesia Kids don’t know how stupid they are (portraitindonesia.com, diakses 6 September 2014)
Boediono: Pendidikan Bagi semua (Kompas, 03 Oktober 2013)
Hendra Goenawan: Kinerja Riset Perguruan Tinggi Kita (Kompas, 08 Maret 2014)
SBO With Nadia : Facebook Group (diakses 28 Maret 2014)
Komentar
Posting Komentar